Archive for May 2013

23 May 2013
Apa Sih HDR itu? dan bagaimana membuatnya? HDR merupakan akronim dari High Dynamic Range. Ada banyak tools atau perangkat lunak yang bisa digunakan untuk penggabungan dalam foto HDR. Photoshop memiliki plug-in HDR, dan yang paling banyak digunakan dalam HDR adalah Photomatix.
 Photo: hdrsoft.com

Sebenarnya apa sih HDR dan kenapa kita menggunakannya? Salah satu keterbatasan kamera kita adalah: mereka hanya bisa meng-capture gambar dengan rentang dynamic range yang cukup sempit (jangkauan terang dan gelap pada foto), padahal kenyataannya scene yang kita potret memiliki area yang sangat terang dan sangat gelap, jadi bisa dikatakan kita bisa melihat lebih detail sebuah pemandangan dibandingkan dengan foto yang diambil oleh kamera.

Kamera bagaimanapun juga mampu untuk mengambil banyak gambar yang sama dengan exposure berbeda, dengan demikian Sobat bisa mengekspose area terang, gelap, midtones, dan menangkap beberapa gambar yang memiliki detail shadow dan highlight. Perangkat lunak HDR membantu kita untuk menggabungkan gambar-gambar tersebut menjadi satu gambar yang memiliki jangkauan area gelap dan terang jauh lebih luas dibandingkan foto-foto yang biasa Sobat dapatkan.

Idealnya untuk membuat foto HDR, Sobat membutuhkan serial atau beberapa gambar dari subyek yang sama, dan diambil menggunakan Tripod untuk menghilangkan gerakan diantara gambar-gambar tersebut. Pengaturan kamera tidak boleh dirubah dari di setiap gambar, tentu kecuali exposure yang memang harus berbeda. Untuk masalah exposure, Sobat bisa menggunakan fitur Auto Exposure Bracketing untuk mengambil beberapa seri foto. Fitur AEB ini juga sangat tepat sekali digunakan, karena bisa meminimalkan gerakan antar frame.

Pada artikel "Foto HDR Pemenang Kontes World Press 2012", InFotografi sedikit mengulas bahwa foto Paul Hansen pemenang kompetisi tersebut membuat foto HDR dari satu foto dengan format RAW. cara ini baik digunakan jika pada subyek gerak. Tips lain yang bisa Sobat lakukan adalah: matikan fitur IS/VR (Image stabilization) ketika menggunakan tripod, jika tidak yang terjadi malah kebalikan, kamera akan timbul getaran.

Sobat bisa mendownload versi trial dari Photomatix di www.hdrsoft.com. silahkan download dan install aplikasi tersebut! Berikut ini adalah beberapa langkah membuat foto HDR dengan Photomatix, dari beberapa gambar dengan exposure berbeda.

Langkah 1

Buka program photomatix, dan pilih Load Bracketed Photos. Pilih foto berseri kalian dan klik OK. Sobat bisa menggunakan foto sebanyak Tiga atau lebih. Program ini juga bisa membaca format DNG (Adobe Digital Negative Raw), sehingga Sobat tidak perlu repot-repot untuk mengkonversinya.


Langkah 2

Selanjutnya akan muncul jendela dialog. Sobat bisa memlilih Alignment foto, jika Sobat menganggap ada kemungkinan gerakan saat memotret. Sobat juga bisa mengurangi efek ghosting yang juga terjadi karena asanya gerakan di setiap foto seperti orang yang berjalan.




Langkah 3

Tadaaa... Ketiga file tersebut sudah tergabung menjadi satu dalam file HDR. Sobat akan menjumpai beberapa window pengaturan seperti Adjustment, Histogram, Preset. Pada window adjustment Sobat bisa merubah Strength, Saturasi warna, Luminosity, kontras, lighting, dan lain, lain, Preset merupakan bentuk-bentuk form HDR Instant, so Sobat tidak perlu repot-repot.. :) Setelah gambar HDR dalam preview sudah sesuai dengan apa yang sobat inginkan, klik tombol Process!

Langkah 4

Selamat Mencoba... :) dan Selamat bersenang - senang dengan Foto HDR
21 May 2013
Foto dibawah ini diambil saat senja.. yah sekitar pukul 5.30 WIB. Coba cermati lagi warna yang ada di dalam foto tersebut! lebih cenderung ke warna biru bukan? Seperti yang kita tahu senja hari memiliki karakter warna yang hangat dan keemasan, yup the golden hour :) Pasti sobat sering berburu gambar di waktu-waktu seperti ini. Foto dibawah merupakan satu contoh bagaimana kita bisa bemain-main dan brekreasi menggunakan pengaturan white balance yang ada di kamera kita.

Menurut kami ada Dua cara dalam menggunakan pengaturan white balance. yang pertama adalah penggunaan white balance yang "Benar", dimana warna yang dihasilkan oleh pengaturan WB sama dengan pencahayaan saat memotret. Contoh: ketika Sobat memotret di tempat teduh atau naungan, pilih WB Shade agar foto tampak normal seperi kenyataannya.

Kedua adalah white balance "Kreatif", yaitu dimana Sobat bebas memilih pengaturan white balance guna mendapatkan warna cahaya seperti yang kalian inginkan. Contoh: jika Sobat sedang memotret landscape saat fajar, dan menjumpai pemandangan yang rata, membosankan, coba rubah pengaturan white balance ke Tungsten, sekarang lihat hasil foto.. tampak biru bukan? :)

Tidak ada salahnya kan mencoba bermain-main white balance saat memotret :) Memang bukan white balance yang akurat, Kita hanya mencoba lebih kreatif dalam menggunakan pengaturan WB dengan membuat hasil foto lebih hangat (cenderung kuning keemasan) atau lebih dingin (biru). Jika sobat merasa hasil foto landscape terlalu datar dan tidak memiliki "greget", maka rubahlah white balance kalian!
Komposisi bisa dikatakan adalah elemen terpenting dari setiap foto yang Sobat ambil. Komposisi juga berperan dalam tingkat keberhasilan foto kalian, tetapi perlu diingat juga bahwa setiap aturan komposisi tidak selalu bisa diaplikasikan pada setiap foto, semuanya kembali lagi pada kalian sebagai fotografer, komposisi mana yang menurut kalian yang terbaik.
 
 Photo Source: crispphotoworks
Menurut kami ada Dua aturan komposisi yang selalu bisa diaplikasikan pada setiap foto, yaitu: kesederhanaan & keseimbangan. Tentukan foto apa yang ingin Sobat dapatkan! Apa yang ingin Sobat jadikan Point of Interest? Subyek mana yang ingin kalian sertakan dan tidak? Lalu komposisikan! Ada beberapa aturan komposisi seperti salah satunya adalah rule of thirds, dan yang akan kita bahas sekarang adalah aturan golden triangle.

Aturan komposisi golden triangle cukup sederhana dan sangat baik dikombinasikan dengan garis (line). Sobat cukup membayangkan keberadaan garis yang ada pada foto kalian. Gambar diatas menggambarkan Dua segitiga besar (bagian atas bewarna biru muda, dan yang dibawah biru tua)

Sekarang kita analogikan Sobat sedang menggambarkan sebuah garis dari sudut atas ke pojok bawah (diagonal), dan kemudian menarik garis dari sudut lain (atas / bawah) sehingga membentuk sudut 90 derajat (lihat gambar). Sobat sekarang akan mendapatkan 3 segitiga: Satu segitiga paling besar, dan Dua segitiga yang lebih kecil. Yang harus Sobat lakukan adalah menempatkan atau memposisikan subyek pada segitiga yang telah kita gambarkan tadi! Untuk lebih jelasnya kita lihat foto dibawah ini:
17 May 2013
Jika Sobat ingin memotret foto outdoor (terutama memotret model/orang) yang memiliki daya tarik tersendiri, cobalah untuk mencari peluang foto dengan kondisi backlit. Foto backlit bisa menghadirkan sebuah perasaan drama serta dimensi yang jarang sekali Sobat temukan, tentu kecuali para fotografer profesional :D

Backlit Beauty
Photo by: Lloyd K


Lalu bagaimana para fotografer tersebut melakukannya? Pertama, posisikan subyek atau model membelakangi matahari, dengan posisi seperti ini tentu tidak ada cahaya yang mengenai wajah model secara langsung (seperti pada foto siluet). Atur metering kamera kalian ke posisi Spot Metering, dan arahkan fokus ke wajah model/subyek. Dengan begini berarti Sobat menginstruksikan kepada kamera bahwa wajah adalah point terpenting dalam frame.

Pastikan kalian mendapatkan exposure yang pas dengan melihat pada metering yang ada di viewfinder. Coba lihat hasilnya! Sobat akan melihat bagian wajah model menjadi lebih terang. Bagian frame termasuk background memang akan menjadi lebih terang, tetapi pada banyak kondisi hal tersebut masih bisa ditolerir, toh cahaya matahari memang selalu terang bukan? :)

Jika Sobat memotret menggunakan mode Aperture Priority, dan sobat menganggap foto secara keseluruhan terlalu terang, maka potret ulang menggunakan Exposure Compensation. Pada kamera Nikon, tekan tombol exposure compensation (+/-) yang ada di bagian atas bodi kamera, dan putar dial disebelah kanan atas bagian belakang kamera ke angka -0.3 atau -0.7, ambil ulang foto maka keseluruhan foto akan menjadi lebih gelap sebanyak 1/3 atau 3/4 stop. bagiamana dengan kamera lain? coba buka kembali buku manual sobat, dan lihat bagaimana pengaturan exposure compensation.. Selamat Mencoba!
Ada Tiga karakteristik dasar cahaya yang bisa menentukan bagaimana tampilan  foto kalian. Seberapa kuat dan lembut, arah, serta warna cahaya tersebut. Sangat mudah untuk menilai kualitas cahaya dengan melihat bayangan yang timbul daripada area yang terkena cahaya. Cahaya yang langsung dan kuat akan menciptakan bayangan dengan karakter bayangan yang kuat, sedangkan bayangan yang terjadi dari pencahayaan yang rata dan menyebar cenderung lebih lembut. Lokasi bayangan bisa menginformasikan arah datangnya cahaya, karena mereka muncul pada arah berlawanan dengan datangnya cahaya.
My Shadow in Forest
Photo by: Habub3



Posisi Pencahayaan

Kuat atau lembutnya cahaya tergantung dari ukuran sumber cahaya dan posisi subyek. Sebuah sumber cahaya yang kecil akan memberikan cahaya berkarakter keras dan terarah, sementara sumber cahaya berukuran besar memproduksi cahaya yang jauh lebih lembut. Perlu diingat yang menjadi permasalahan bukan pada ukuran aktual sumber cahaya, tetapi bagaimana cahaya tersebut tampak ke subyek yang Sobat potret. Sebagai contoh: matahari merupakan sumber cahaya yang berukuran sangat besar, tetapi dikarenakan jaraknya sangat jauh dari subyek, maka matahari bisa dikatakan sumber cahaya berukuran kecil.

Arah sumber cahaya, serta bayangan yang timbul akan memberikan dampak pada tekstur dan bentuk tampilan subyek. Cahaya flash built in yang berasal dari kamera akan memberikan cahaya rata pada subyek, dan pastinya akan menciptakan bayangan di belakang subyek foto tersebut. Pencahayaan tersebut bagus untuk menangkap detail subyek, tetapi tekstur atau bentuk tidak akan terekam dengan bagus.

Sobat bisa mendapatkan hasil yang lebih menarik ketika cahaya datang dari satu sisi subyek. Efek pencahayaan ini sering disebut dengan "side lighting", menciptakan bayangan pada arah berlawanan dari posisi sumber cahaya, juga menampilkan tekstur serta garis bentuk subyek.

Situasi yang sering dihadapi ketika memotret di luar ruangan, dan pada waktu tengah hari adalah kita mendapatkan cahaya yang datangnya langsung dari atas subyek. Hal ini akan memberikan hasil yang tidak maksimal, terutama jika Sobat memotret foto Portrait, mata akan menjadi gelap, dan bayangan akan timbul di bagian bawah hidung dan dagu.

White Balance

Selain kualitas dan arah cahaya, warna sumber cahaya yang berbeda bisa memberikan dampak pada tampilan serta mood foto-foto kalian. Variasi cahaya ini dikenal dengan temperatur warna, dan inilah alasan mengapa kamera memiliki fitur pengaturan white balance. Fitur ini berguna untuk mengoreksi warna yang berasal dari sumber cahaya berbeda.

Temperatur cahaya diukur menggunakan skala Kelvin. semakin rendah temperatur warna, maka akan cenderung ke warna merah, sedangkan semakin tinggi temperatur maka akan cenderung ke warna biru. Idealnya, Sobat harus mengatur white balance untuk mendapatkan hasil warna yang natural, baik menggunakan pengaturan white balance otomatis, atau preset seperti: Tungsten, Sunny, Cloudy.
8 May 2013
Puluhan foto nature masuk ke putaran final kompetisi foto Nature Photographer of The Year 2013 yang diselenggarakan oleh Society of German Nature Photographers (GDT). Foto-foto yang dikompetisikan adalah tentang seputar mamalia, tumbuhan dan jamur, landscapes, dan spesial tahun ini ada kategori spesial yakni animal portrait. GDT sendiri adalah kependekan dari Gesellschaft Deutscher Tierfotografen, dan ribuan fotografer tergabung dalam komunitas non profit ini. GDT ini memiliki 15 grup yang tersebar di seluruh dunia, dan setiap tahun mereka bertemu untuk berdiskusi, bertukar tips dan pengalaman fotografi. Kita lihat yuk Sob.. foto-foto yang memenangi kompetisi GDT ini.. semoga bisa menjadi inspirasi :)
 Overall and mammals category winner: Red Fox in sunset light by Hermann Hirsch

Winner in birds category: Icy resting place by Bernd Nill
Birds runner-up: Returning from the hunt by Michael Lohmann  
 Mammals category third place: When it gets dark by Christoph Kaula 
 Mammals runner-up: Fox in cloudy forest by Klaus Echle
 Winner in other animals category: In the spotlight by Klaus Tamm 
 Runner-up other animals category: Wingtips by Karsten Mosebach 
 Plants and fungi category winner: Woman shoe by Ariane Müller 
 Plants and fungi runner-up: Maple in cloudy forest by Joachim Wimmer 
 Landscapes category runner-up: Blooming landscape by Sandra Bartocha
Nature's studio winner: 'Blubb' by Sigi Zang
 Nature's studio runner-up: Indian summer by Katharina Becker 
Special category 2013 animal portraits winner: Grouse portrait by Klaus Echle
 Animal portraits runner-up: Young lion by Carsten Ott
4 May 2013
Sobat bisa menambah atau mengurangi jumlah cahaya ke film atau sensor gambar hanya dengan satu atau dua langkah, yaitu dengan: merubah shutter speed atau kecepatan shutter (rentang waktu shutter tetap terbuka) atau dengan merubah f-stop (ukuran aperture  yang ada di lensa). Jika Sobat merubah aperture, maka tampilan gambar foto bisa berubah drastis. Perubahan tersebut akan tampak pada area ketajaman atau fokus yang ada di dalam frame foto, dari titik paling tajam sampai ke paling jauh (sering disebut dengan ruang tajam). Nah zona atau area fokus ini dideskripsikan dengan depth of field



Aperture terbesar (contoh: f2, f4) memberikan depth of field terkecil
Aperture terkecil (contoh: f16, f22) memberikan depth of field terbesar
Semakin kecil sensor maka semakin besar pula depth of field pada aperture yang sama

Depth of field sempit (shallow) - Gambar sebelah kiri diambil dengan menggunakan pengaturan aperture lensa terlebar. Sobat bisa melihat bahwa ada perbedaan ketajaman gambar di bagian depan dan belakang.

Depth of field lebar (maksimum) - gambar sebelah kanan diambil dengan menggunakan pengaturan aperture lensa terkecil. Semua bagian atau elemen yang ada di dalam foto tampak fokus dan tajam baik di bagian belakang maupun depan.
2 May 2013
Kemampuan berganti lensa merupakan satu keuntungan memiliki kamera digital SLR, tetapi jika frekuensi penggantian lensa yang relatif tinggi bisa menimbulkan satu masalah yang menjengkelkan. Setiap kali Sobat melepas lensa dari bodi kamera, maka debu bisa berpotensi masuk ke dalam bodi kamera dan menempel pada sensor. Hal ini jarang terjadi pada kamera film, karena memang hanya akan berdampak pada satu exposure atau film tersebut, tetapi lain halnya pada kamera digital, debu akan selalu menempel pada sensor dan memberi dampak pada setiap hasil foto. Beberapa noda atau bintik debu mungkin tidak akan terasa, tetapi dengan berselangnya waktu lambat laun Sobat akan menjumpai beberapa bintik kecil noda serta bayangan.

IMG_4676


Meminimalkan Potensi Masuknya Debu

Pertama, pastikan masalah yang kamera hadapi adalah memang benar dikarenakan debu dan bukan masalah lain seperti noise yang diakibatkan oleh penggunaan pengaturan ISO tinggi. Salah satu cara untuk memastikan bahwa noda tersebut dikarenakan oleh debu adalah dengan mengambil beberapa seri foto atau gambar. Noda debu akan tampak dan muncul ditempat yang sama di setiap foto yang Sobat ambil.

Kedua, Noda debu biasanya akan mudah tampak pada foto yang diambil dengan menggunakan aperture kecil (contoh f/16 atau lebih kecil). Jika sobat menjumpai noda di tempat yang sama di setiap foto pada jepretan yang menggunakan aperture kecil, maka bisa dipastikan permasalahan utama pada kamera kalian adalah dikarenakan oleh debu.

Jangan hanya pasrah dengan fakta bahwa noda atau bintik debu merupakan hal yang kerap terjadi pada kamera. Ada banyak cara dan langkah-langkah guna menghindari debu ketika Sobat mengganti lensa. Aturan pertama adalah LOKASI: Pada saat mengganti lensa, idealnya Sobat harus berada di dalam ruangan, jauh dari pintu atau jendela, serta jauh dari sumber kontaminasi debu seperti manusia dan hewan. Jika Sobat memang harus mengganti lensa di luar ruangan, maka pastikan jangan sampai jari kalian masuk ke dalam kamera. Jika tidak maka ada kemungkinan Sobat meninggalkan sidik jari pada mirror kamera, dan sedikit insiden pada jari bisa meninggalkan kerusakan permanen pada sensor.

Sobat bisa memanfaatkan daya gravitasi dengan tetap mengarahkan kamera ke bawah, hal ini dilakukan guna memastikan tidak ada benda asing yang jatuh ke dalam kamera. Cara ini penting untuk dilakukan terutama jika Sobat mengganti lensa di luar ruangan. sebagai tambahan, jangan pernah mengarahkan kamera ke arah matahari. Yang terakhir, pastikan Sobat siap berganti lensa ketika akan melepaskan lensa yang terpasang pada kamera. Jangan melepas lensa jika Sobat belum mengambil lensa pengganti yang ada di dalam tas. Ambil lensa pengganti, lepas lensa di kamera, dan pasang! Dengan sedikit latihan dan didukung tangan yang stabil, idealnya Sobat bisa berganti lensa tidak lebih dari 20 detik.

Mengatasi permasalahan debu

Jangan panik ketika sobat menemukan masalah debu pada kamera. Sobat tidak sendiri! Banyak fotografer profesional juga mengalami permasalahan ini dari waktu ke waktu. Membersihkan noda debu pada kebanyakan kasus bisa dilakukan dengan aman dan sederhana.

Pembersihan noda debu mengharuskan kita untuk bekerja pada kamera denga sensor yang terekspose. Meskipun Sobat tidak akan bekerja secara langsung dengan sensor (karena adanya filter), tetapi tetap saja kalian akan berhadapan dengan sistem optik yang sangat sensitif. Ingat tips-tips berikut jika tidak ingin Sobat secara tidak sengaja merusak kamera kesayangan.

Pertama: Jangan pernah menyentuh sensor tanpa peralatan yang memang didesain khusus untuk pembersihan sensor, jangan pernah menggunakan jari ataupun cotton-budd. Meskipun benda seperti cotton-budd membersihkan debu, tetapi mereka akan meninggalkan jejak atau serat saat diangkat. Malah memperparah bukan?

Jadi apa yang selayaknya Sobat lakukan? Tidak ada ruginya berinvestasi beberapa peralatan cleaning tools seperti: Blower udara manual yang dilengkapi dengan moncong serta pompa tangan. Sobat bisa dengan mudah mendapatkannya di tokok-toko perlengkapan kamera.

Pengaturan kamera saat pembersihan debu

Baca kembali buku manual kamera untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana mode pengaturan saat pembersihan sensor. Mode pengaturan ini akan mengangkat mirror agar kita bisa membersikan sensor. JANGAN pernah menggunakan mode long exposure (Bulb)! jika mirror secara tidak sengaja menutup, dan alat pembersih yang masih digunakan akan merusak sensor secara permanen.

Terkadang blower tidak cukup untuk membersihkan noda. Untuk noda yang membandel Sobat bisa membeli kuas khusus pembersih kamera. Teknik pembersihan menggunakan kuas atau sikat membutuhkan kehati-hatian yang lebih, dan ingat hanya lakukan ini hanya untuk opsi terakhir. Jika Sobat ragu-ragu, maka lebih baik menyerahkan pekerjaan ini pada orang yang lebih ahli. Sebagai tambahan, program editing gambar saat ini seperti Adobe Photoshop maupun GIMP memiliki fitur Clone Tool, dimana kalian bisa secara cepat menghilangkan noda debu yang terekam pada foto-foto kalian.

Belajar fotografi

http://linkshrink.net/7s6koY

Translate

Total Pageviews

Category

  • (5)
  • (12)
  • (15)
  • (39)
  • (10)
  • (1)
  • (64)
  • (4)

Page Rank

Popular Posts